puisi untuk mengenang saudara kita,WS rendra

writed by [Ronear] Jumat, Agustus 07, 2009

berita meninggalnya WS Rendra telah membirukan dunia sastra indonesia dan internasional,sebagai teman seperjuangannya,Taufiq Ismail membuatkan beliau sebuah puisi yang sangat bermakna dalam untuk mengenang masa hidup beliau.Dan semoga kita semakin ingat dengan kematian!berikut puisinya....



karya:Taufiq Ismail


Aku disambar berita halilintar
kamis malam ketika malam belum kelam
di sini,Di Rumah Puisi
Diantara Gunung Merapi dan Gunung Singgalang
Sampailah berita seorang sahabatku yang berpulang
WS Rendra
Dia Penyair,Dramawan,Aktor,Sutradara
Seniman,Budayawan,Kritikus Masyarakat,
Seorang yang sangat cinta pada Manusia
Pada bangsanya
Seorang yang tak bisa melihat
Salah urus dan penindasan
Dalam puisi dan drama yang dia pentaskan
Dia tak perduli walau untuk itu dia masuk tahanan.

Willy,
Telah 48 tahun persahabatan
Sejak 1961 kita berteman,berdebat,bertukar fikiran
Bertengkar,menggunting,menjahit dan dan menambal zaman
Pergi ke sana dan ke mari,panjang sudah perjalanan
Kaki langit ternyata jauh dalam jangkauan
Apa yang selalu sandal kita rasa dalam injakan?
Peluh,air mata,daki,kemarau,angin dan taufan.

Willy,
Pada suatu hari cucuku Aidan dan Rania berkata,
Datuk,tolong pilihkan dari Eyang Rendra,
Puisai cintanya
Saya memandang cucu-cucu saya
Pilihanmu untuk puisi-puisi cinta pada Eyang Rendra
Alangkah tepatnya
Dengarkan,ini satu berjudul'Stanza'
Datuk bacakan:

'Ada burung dua,jantan dan betina
hinggap di dahan.
Ada daun dua,tidak jantan tidak betina
gugur di dahan.
Ada
Di ruang gawat darurat,rumah sakit ini
Bersama Amak Baldjun dan Yose Rizal Manua
Kau telentang di tempat tidur
Jarum infus di tangan
Kau tidak boleh banyak bicara
Tapi Willy,kau gembira sekali
Banyak bicara begitu begini
Tentang penyakit dari jantung pindah ke ginjal
Kau sebenarnya tak boleh banyak bicara
Tapi siapa yang bisa mencegahmnu bicara
Akhirnya aku ajak kita berdoa bersama
Sementara berdoa kita menangis pula
Siapa yang bisa mencegah titiknya air mata
Selesai berdoa aku dan Ati permisi pergi
Kita berpelukan dan bertangisan
Sampai di ujung tempat tidur kau panggil kami
'Fiq jangan pergi,jangan pergi.'
Aku kembali,doa kita ulangi lagi
Air mata makin bercucuran
Rupanya itulah pelukan penghabisan
Dua puluh empat hari kemudian
Engkau pergi memenuhi panggilan

Willy
Perjalanan kau terakhir seindah-indah perjalanan
Di hari Nisfu Sya'ban menjelang Ramadhan
Penuh barokah bacaan Quran
Di malam Jumi'at kau berangkat
Besoknya,sesudah selesai jamaah bersholat Jumi'at
Betapa banyaknya orang-orang yang berduka
Di Cipayung mengantarkan kau ke pemakaman
Bahkan inilah kehormatan luar biasa
Kepergian kau ke alam baka
Tanpa rencana jadilah ia upacara
Betapa dalam hikmah yang sebenarnya
Dapatkah tertangkap oleh mata yang fana

Selamat jalan sahabat,
Selamat jalan Juru Bicara Artistik kami
Urusan Kau bukan semata-mata keindahan estetika
Tapi jauh lebih dari itu
Seperti yang kau tulis tujh tahun yang lalu
Dalam sajakmu'Doa untuk anak cucu'

'Ya Allah
Kami dengan cemas menunggu
Kedatangan burung dara
Yang membawa ranting zaitun
Di kaki Bianglala leluhur kami bersujud dan berdoa
Isinya persis seperti doaku ini
Lindungilah anak cucuku
Lindungilah daya hidup mereka
Lindungilah daya cipta mereka
Ya Allah satu-satunya Tuhan kami
Sumber dari hidup kami ini
Kuasa yang tanpa tandingan
Tempat tumpuan dan gantungan
Tak ada samanya
Di seluruh semesta raya
Allah! Allah!Allah!Allah!




Related Posts with Thumbnails
Code Geass - Zero 4

Entri Populer

Ganti backgroundnya yuk

>

[berbagi link]